Materi 11
Tipe
Transaksi Bisnis
Electronic
Commerce
Belakangan ini wacana pembicaraan dan diskusi mengenai perdagangan
melalui electronic commerce semakin kerap dilakukan baik oleh para praktisi
bisnis, pakar teknologi informasi, pemerhati perilaku masyarakat, maupun oleh
kalangan pemerintahan. Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa perkembangan teknologi
informasi yang sedemikian cepat telah mempercepat dimulainya era globalisasi
informasi dan ekonomi. Dampaknya untuk negara berkembang paling tidak telah
terlihat di beberapa kota-kota besar dalam bentuk mulai menjamurnya
warung-warung berbasis teknologi informasi yang dapat dengan bebas dikonsumsi
oleh masyarakat dan mulai dilaksanakannya sejumlah proyek electronic commerce
di perusahaan-perusahaan dengan latar belakang industri yang beragam. Pakar teknologi informasi Don
Tapscott dalam salah satu bukunya yang berjudul “Blueprint to the Digital
Economy – Creating Wealth in the Era of E-Business” memperkenalkan paling tidak
terdapat 4 (empat) tipe transaksi Elektronik yang dapat dilakukan melalui dunia
maya (cyber world). Tapscott memberikan istilah cyber community kepada
masyarakat yang menggabungkan diri ke dalam cyber world untuk melakukan
pertukaran data, informasi, produk, maupun jasa-jasa tertentu.
Masyarakat ini dapat terdiri dari individu, keluarga, institusi,
perusahaan, negara, maupun komunitas yang lebih besar. Dalam kerangka transaksi
bisnis komersial, masing-masing entiti komunitas ini dapat berfungsi sebagai
penjual produk atau jasa (seller) atau pembeli (buyer). Keunikan masing-masing
komunitas dalam melakukan transaksi komersial tersebut dapat dilihat dari dua
perspektif:
Aspek Kontrol (Control) – m enggambarkan apakah dalam
komunitas tersebut ada satu atau beberapa entiti yang memimpin dan mengkontrol terjadinya
transaksi bisnis atau tidak. Jika ada, maka komunitas tersebut dikatakan memiliki
ciri hirarkis (hierarchical), jika tidak maka komunitas tersebut dianggap
sebagai independen (self organizing).
Aspek Ketergantungan Proses (Value Integration) –
menggambarkan apakah dalam komunitas yang ada terdapat hubungan ketergantungan
entiti yang sangat erat (high) atau tidak (low).
Berdasarkan dua kacamata perspektif tersebut di atas, keempat jenis
komunitas business elektronik (electronic business community) dapat terbentuk
dengan ciri khas dan karakteristiknya masing-masing. Keempat komunitas tersebut
dinamakan sebagai: open market, aggregation, integration, dan alliance
(Tapscott, 1998).
Open Market Community
Komunitas ini merupakan versi elektronik dari pasar tradisional
(agora) dimana para penjual dan pembeli bertemu secara langsung untuk
mengadakan transaksi pertukaran barang atau jasa. Secara bebas penjual dapat
menjajakan produk dan jasanya kepada pembeli, sementara pembeli dapat melakukan
transaksi dengan penjual yang dipilihnya secara bebas. Contoh yang paling
klasik adalah pada industri stock exchange dimana terjadi penawaran dan
pembelian saham secara bebas. Contoh lain adalah perusahaan semacam eBay.com
yang menawarkan jasa pelelangan barang melalui internet. Setiap orang dapat
dengan leluasa meletakkan informasi mengenai barang yang ingin dilelang ke
dalam situs (website) eBay.com dan bagi yang tertarik dapat segera melakukan penawaran
melalui situs yang sama melalui mekanisme pelelangan. Secara prinsip terlihat
bahwa pada komunitas ini, penjual dan pembeli memiliki kedudukan yang sama, dalam
arti kata tidak berlaku peraturan yang secara ketat mengikat mekanisme perdagangan
yang terjadi.
Aggregation Community
Pada komunitas ini biasanya sebuah perusahaan berfungsi sebagai
pemimpin atau mediator dalam proses transaksi elektronik yang terjadi antara
produser dan consumer (penjual dan pembeli). Contohnya adalah perusahaan
semacam American Online atau Compuserve yang melakukan manajemen materi
(content) terhadap informasi yang memiliki nilai tinggi. Berbagai jenis
perusahaan penghasil produk informasi semacam Harvard Business Review (Penerbit
Buku), Mayo Clinic (Informasi Kesehatan), Reuter (Bursa Derivatif), dan lain sebagainya
mengadakan perjanjian kerjasama dengan perusahaan aggregator yang akan
menawarkan produk-produk tersebut pada calon pembeli yang menjadi
anggota/pelanggan tetap (member) dari perusahaan aggregator tersebut. Contoh
lain adalah situs milik Wal-Mart, perusahaan retail terbesar di Amerika yang
menjual beribu-ribu item kebutuhan sehari-hari yang dapat dipesan melalui
internet.
Sebagai pemimpin dalam komunitas ini, perusahaan aggregator
menerapkan peraturan peraturan yang harus ditaati baik oleh produser maupun
konsumer agar terjadi mekanisme transaksi yang efektif, efisien, dan terkontrol
dengan baik.
Value Chain Community
Kata “value chain” di sini berasal dari konsep rantai nilai yang
diperkenalkan oleh Michael Porter. Dalam konsep keunggulan kompetitif-nya yang
terkenal tersebut (competitive advantage), Porter menjelaskan bahwa aktivitas
penciptaan suatu produk atau jasa harus melalui suatu urutan proses tertentu.
Dikatakan olehnya bahwa sebuah perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif
bila manajemen berhasil memiliki rantai proses yang paling efisien. Seperti
halnya pada komunitas aggregation, pada komunitas ini sebuah perusahaan
berfungsi sebagai pemimpin. Bedanya adalah jika pada komunitas aggregation
tujuan perusahaan yang menjadi pemimpin adalah untuk menggabungkan berbagai
jenis produk atau jasa untuk menjadi satu produk atau jasa baru (packaging
management), obyektif dari perusahaan pemimpin dalam komuntias value chain
adalah untuk menjamin terjadinya urutan proses yang efisien. Contohnya adalah Amazon.com
yang menjual beraneka ragam buku yang dapat dibeli oleh para consumer di
seluruh dunia melalui internet. Secara prinsip, konsumer tidak perlu tahu dan
tidak mau tahu bagaimana Amazon.com melakukan pemesanan terhadap buku yang
diminta ke penerbit, melakukan produksi dan menyimpannya dalam gudang,
mendistribusikannya ke seluruh penjuru dunia, sampai dengan mengirimkannya ke
tangan pelanggan. Namun di belakang layar, manajemen Amazon.com harus berusaha
mencari jalan yang paling efisien dan efektif dalam urutan proses
pencetakan buku (lokasi percetakan dan jumlah buku), penyimpanan buku (lokasi
gudang penyimpanan), pendistribusian buku (transportasi), sampai dengan
pengiriman buku (kurir).
Alliance Community
Dari keempat komunitas yang ada, alliance adalah komunitas yang
paling liberal dan virtual karena sifatnya yang ingin melakukan segala jenis
integrasi perdagangan yang mungkin diadakan dalam cyberspace tanpa menerapkan
berbagai jenis peraturan yang mengikat (diistilahkan sebagai value space).
Untuk dapat berhasil dalam komunitas ini, sebuah perusahaan harus memiliki
kreativitas yang tinggi dalam bentuk penemuan dan implementasi ide-ide baru
dalam value space tersebut. Contohnya adalah Visa International yang dikenal
sebagai sebuah perusahaan yang sangat berhasil dalam menciptakan komunitas
bisnis elektronis. Secara langsung Visa International telah membawa beribu-ribu
perusahaan yang saling berkompetisi untuk menggunakan jasa mereka. Jika pada
awalnya pelanggan harus secara langsung mengajukan permohonan ke Visa
International untuk memperoleh kartu kredit (credit card), saat ini dengan
leluasa masyarkat dapat memilikinya melalui tabungan di bank bank retail.
Contoh lain adalah Java yang bersama-sama dengan Sun, IBM, Oracle, dan Nestcape
bekerja sama di cyber untuk mengalahkan dominasi kolaborasi Microsoft dengan
Intel (Wintel).
Dalam komunitas ini terlihat bahwa prinsip kompetisi yang dipergunakan adalah “coopetition”, yaitu filosofi “collaborate to compete” (berkompetisi dengan cara berkolaborasi untuk mendapatkan kekuatan yang lebih besar). Satu hal menarik lainnya adalah diperkenalkannya istilah “prosumer” sebagai pengganti “producer” dan “consumer”, karena dalam komunitas value chain tidak jarang terlihat seorang pembeli yang pada saat bersamaan berfungsi sebagai penjual. Contohnya adalah sebuah situs yang menawarkan penyewaan jasa groupware computing. Seseorang yang tertarik membentuk suatu komunitas kecil (groupware) diharuskan membayar situs tersebut secara berkala (abondemen), namun yang bersangkutan pada akhirnya akan menarik bayaran kepada para anggota yang tergabung dalam komunitas tersebut (membership fee). Dengan melihat keempat jenis komunitas tersebut di atas, para pengusaha dan praktisi bisnis di tanah air yang ingin segera masuk ke cyber community melalui perencananaan dan pengembangan electronic commerce di perusahaannya dapat mulai memikirkan strategi yang tepat. Jelas terlihat bahwa masing-masing komunitas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing (trade off), sehingga ada baiknya analisa cost-benefit dilakukan terlebih dahulu. Pada akhirnya, dengan berasumsi bahwa pada suatu saat nanti jika seluruh individu di dunia telah tergabung secara elektronis, maka seorang kapitalismurni akan tinggal di sebuah negara yang paling murah, melakukan bisnis melaluiinternet dengan menjual produk dan jasanya di negara yang paling maju, dan mentransferhasil usahanya ke bank-bank di negara yang paling aman. Dengan kata lain, dapat sajaIndonesia penuh sesak oleh masyarakat yang berbelanja dan berbisnis melalui electroniccommerce, tetapi tidak ada alir uang masuk ke tanah air.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar